Produk Unggulan Kami

Donut 1
Donut 2
Donut 3

Monday, 20 August 2012

Lagu-lagu Piu

Sejauh2nya
Voc : Piu

Kau adalah kisah pertamaku
Yang pernah maafkanku
Dari sikapku dan egoku

Kau adalah guruku bagi perjalananku
Ajarkanku kisah cerita
Orang-orang yang pernah bahgia dengan makna cinta
Dan kini kau menepi

Sejauh-jauhnya…
Sejauh-jauhnya…
Sejauh-jauhnya…
Sejauh-jauhnya…

Langkah berat setapak demi setapak
Kutempuhi mencari hatimu
Namun saat aku menemukanmu
Kau hempas bayangku

Biarkanlah ku pergi
Biarkan ku pergi
Biarkan meninggalkanmu

Biarkan ku pergi
Biarkan ku pergi
Biarkan meninggalkanmu


Sejauh-jauhnya…
Sejauh-jauhnya…
Sejauh-jauhnya…
Sejauh-jauhnya…
Voc : Piu
Bila malam datang jangan kau cepat pulang
Karna malam masih panjang
Kau adalah bunga di musim semi
Janganlah menangis lagi

Bila malam datang tinggalkanlah bayang
Lupakan saja dia
Karna kenangan tinggalah kenangan
Baiknya kau hapus luka

Teruslah melangkah jalan masih panjang
Janganlah kembali pulang
Kau adalah bunga di musim semi
Janganlah menangis lagi

Bila malam datang tinggalkanlah bayang
Lupakan saja dia
Karna kenangan tinggalah kenangan
Baiknya kau hapus luka

Bila malam datang tinggalkanlah bayang
Lupakan saja dia
Karna kenangan tinggalah kenangan
Baiknya kau hapus luka
Voc : Piu

Bunga…mentari datang penuhi rindumu
Lama…saat berpisah berpisah
Maaf…bila ku hempas semua tentangmu
Mengisi semua indah kita berdua

Bila memang harus apa adanya
Memang harus apa apa adanya
Bila memang semua cerita indah berakhir
Dan apa apa adanya

Aku akui aku bukanlah milikmu lagi
Sempat aku ingin lupakan
Namun tak bisa tak bisa…
Mungkin ku hapus tentangmu dengan angin
Yang melambai kencang
Tinggalkanku apa adanya

Bila memang harus apa adanya
Memang harus apa apa adanya
Bila memang semua cerita indah berakhir
Dan apa apa adanya

TErlambat Waktu
Voc : Piu
Pejamkan matamu bila ternyata
Terlambat waktu kita tlah habis semua terjadi
Bisiskan padaku kata yang indah
Biarku betah hadir disini walau kuakui

Aku yang salah buatmu terluka
Memang aku yang salah saatku biarkan

Waktu bukan milik kita
Terima apa adanya
Simpan waktu yang tersisa

Waktu bukan milik kita
Terima apa adanya
Simpan waktu yang tersisa

Simpanlah fotoku bila kuterganti
Oleh harapan yang sebelumnya tak ku kenali
Aku yang salah buatmu terluka
Memang aku yang salah saatku

Tak Pernah Salah
Voc : Piu
Ku tak pernah ada disaat engkau butuhkan aku
Seperti dulu ku beri cinta
Hina kah aku tak seperti dulu

Tak ada senyum yang meluncur dari bibirmu
Untukku Untukku
Bila begitu cepat melupakan aku
Katakanlah

Cinta tak pernah salah
Mengganti dirimu dengan dia
Dengan dia untukku
Hanya saja ku tak bisa menepati janji kita

Tiga tahun berlalu ku mencarimu
Ada maaf yang belum terucap
Maafkanlah waktu
Yang tak mengijinkan aku

Cinta tak pernah salah
Mengganti dirimu dengan dia
Dengan dia untukku
Hanya saja ku tak bisa menepati janji kita

Teman
Voc : Piu
Teman... Aku membutuhkanmu
Aku merindukanmu saat ini
Karena tlah lama tak ku dengar indahnya suaramu
Dan tak ku lihat senyummu

Semua telah berakhir semua telah berakhir
Saat ku dengar lagi
Semua takkan berakhir semua takkan berakhir
Bila kau disini

Malam tadi aku memimpikan
Tersenyum kepadaku buatku bahagia
Tapi sejenak ku terjaga
Kau dimana

Semua telah berakhir semua telah berakhir
Saat ku dengar lagi
Semua takkan berakhir semua takkan berakhir
Bila kau disini

Antarkan Aku ke Surgamu
Voc : Piu

Antarkan aku ke surgamu
Agar kutau dimana tempatku
Bawalah ku terbang ke sana cintaku

Antarkan aku ke surgamu
Dari kelemahan hatiku

Saat hilang kian tenggelam
Mohon apungkan beban di jiwa

Saat Dia tunjukkan engkau untukku
Bangunkanlah aku dari jatuhku dari jatuhku
Bila akhirnya semua berbeda
Nantikanlah aku di batas waktumu
Hingga waktu kan tunjukkan
Kau satu untukku

Antarkan aku ke surgamu
Dari kelemahan hatiku

Saat hilang kian tenggelam
Mohon apungkan beban di jiwa

Saat Dia tunjukkan engkau untukku
Bangunkanlah aku dari jatuhku dari jatuhku
Bila akhirnya semua berbeda
Nantikanlah aku di batas waktumu
Hingga waktu kan tunjukkan
Kau satu untukku

Labuhkan Jiwa
Voc: Piu

Mentari tersipu menari
Di spanjang gugur dedauna
Ke mana lagi akan ku cari engkau

Kasih jalan kita masih panjang
Ada tangis yang tak terhapuskan
Dan ada tawa yang menggelegak
Hentikan

Kini ku tlah temukanmu
Kau benamkan sepiku
Aku menunggu dan terus menunggu kau di mana

Labuhkan jiwa menerpa
Labuhkan jiwa merapuhkan
Kemesraan ini tak kan berakhir lagi

Hapuslah sudah air matamu
Genggamlah erat tangan ini
Perpisahan ini jangan terjadi lagi

Kini ku tlah temukanmu
Kau benamkan sepiku
Aku menunggu dan terus menunggu kau di mana

Labuhkan jiwa menerpa
Labuhkan jiwa merapuhkan
Kemesraan ini tak kan berakhir lagi

Hapuslah sudah air matamu
Genggamlah erat tangan ini
Perpisahan ini jangan terjadi lagi


Aiya
Voc : Piu

Aiya…ada apa semalam
Ku lihat tak ada bias untukku
Padahal sudah ku katakan
Dia dia berlalu

Aiya…ada apa semalam
Ku lihat kau berkaca kaca
Padahal sudah kukatakan
Biar dia berlalu

Gak perlu kau jadi kupu – kupu
Sayap indahmu tak bisa alihkan
Luka lamamu bintang

Gak perlu kau menjadi lukisan
Warna indah mu tak bisa alihkan
Luka lamamu bintang

Aiya…ada apa semalam
Ku lihat kau berkaca kaca
Padahal sudah kukatakan
Biar dia berlalu

Gak perlu kau jadi kupu – kupu
Sayap indahmu tak bisa alihkan
Luka lamamu bintang

Gak perlu kau menjadi lukisan
Warna indah mu tak bisa alihkan
Luka lamamu bintang

Kisah Kita
Voc : Piu

Biarkan aku memberi kehangatan cinta
Yang indah kan ku bawa hanyalah untukmu
Bila hatimu pilu ingatlah aku
Bila hatimu sedih peluklah aku
Tetaplah di sini bersamaku
Kita jalin kisah tentang kita

Usahlah kau bersedih
Peluklah aku
Aku akan slalu ada di sini
Temani dirimu

Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat
Walaupun hati resah ku slalu menunggu
Menantikan waktu bersamamu
Meski cobaan kita hadapi

Usahlah kau bersedih
Peluklah aku
Aku akan slalu ada di sini
Temani dirimu

Kasih cintaku rapuh
Bila kau berubah
Namun aku yakini kesetiaanmu

Pesawat Itu Masih Terbang di Atas Kepalaku

Written: Piu

Inilah saatnya untukku renungi
Dan biarkan jasadku mati tak terkendali
Lepaskanmu
Yang pernah hujam di sini
Di tempat tak berpenghuni ini
Melati, mungkin saat ini ku panggil engkau seperti itu
Karena indahmu tak bisa kumiliki
Karena merah jambumu bukan lagi untukku
Dan mungkin adapt tlah satukanmu dengan dirinya
Ya dia yang satu kasta denganmu

Pesawat itu masih terbang di atas kepalaku
Karena di langitmu pernah kita tutup telinga kita
Rasakan canda tawa yang tak terbeli
Maaf lupakan ini
Semua tlah basi harus kuakhiri
Mungkin suatu saat nanti kita tidak hanya diam
Tapi akan aku bawa engkau terbang
Tinggalkan aturan ini

Sungguh aku tak ajakmu berontak dengan apa yang ada
Tapi kumohon kamu harus yakin bahwasanya
Cinta tak mengenal ningrat atau keturunan

Sesaat di Samudera-Nya 14/2/07


Lembayung senja sekejap lelah menggibas siang berlalu. Pun penatku kian ungkapkan bisu dari bui rongga ucapku. Kuhela nafas perlahan agarku bisa tenang menendang sepiku tanpamu. Aiya, engkau dimana saat ini, nomor kamu masih sama khan, tidak salah sambung. But kenapa telponnya gak diangkat-angkat.
“Ren, kok Aiya belum tiba juga, emangnya dia lagi kemana? Mm coba tengok, sekarang jam berapa?”. Gumamku memecah hening di sebuah ruangan tempat anak-anak berkumpul menghabiskan waktu. Ups! aku kenalkan dulu dengan suatu ruangan sempit tapi bersih, itulah tempatku. Mungkin di tempat inilah teman-temanku betah main gitar atau ngorek-ngorek radio-tape. Apalagi kalau Kulun datang. Ow…Mungkin bisa pecah ini telinga. Coba bayangin aja, tiap lagu-lagu baru pasti di absent-nya. Pokoknya mulai dari Meggy A. sampai ke Meggy Z., Cape Dech!. Jujur, kalau suara Kulun itu super banget. Super Fales!!!, super ancur maksudnya he he. Bisa lah kamu-kamu beli kaset dan CD-nya di toko besi terdekat kamu, Available now! Mungkin tak se-elok SBY melantunkan lagu Selendang Sutra kalie yee. Mm jadi inget nich, saat perpisahan sebelum aku pergi dari Bandung. Aku pernah memuji kulun begini,”Lun, suara maneh bagus euy, tapi lebih bagus lagi diam”. Sorry friend I am Cuma becanda.
“ Sabarlah Bang, mungkin dia lagi Bantu-bantu ibunya. Sekarang sudah hampir jam setengah enam nie” hirau Rena, sobat karib Aiya.
Tik…tik…tik waktu berjalan, sudah saatnya aku nyalakan lampu kamarku, kuhela nafas sedikit kecewa karena orang yang kuharapkan kedatangannya tak kunjung tiba.
“Bang, Rena ijin pulang ya! Nampaknya Aiya lagi sibuk kali Bang. Sabar aja ya Bang. Khan masih ada hari esok”. Rena hendak berkemas, sekilas kulihat tercecer lembar tugas yang ia foto kopi sebelum hadir ke rumahku.
“Oh Iya Bang, Kenapa gak titip pesan aja, biar Rena yang sampaikan ke Aiya?” Tawar Rena.
“Ren, Abang harus mulai dari mana. Abang bingung Ren!” Keluhku.
“Emangnya ada masalah apa sih Bang, sampai segitunya? Cerita aja ke Rena, mungkin Rena bisa Bantu”. Lanjutnya.
Ya Tuhan, mungkin inilah saatnya aku bicara tentang keadaanku. Tapi gimana ya?
“Ren, Abang gak akan lama lagi di sini, Abang akan pergi jauh”. Kataku.
“Memangnya Abang mau kemana, gak jauh-jauh amat khan!” Potong Rena.
“Abang akan ke Sumatra, Ren”. Jawabku.
“Ya Tuhan, Bang! Rena gak salah dengar khan Bang! Kenapa harus sejauh itu Bang?” Kerut Rena.
“Abang harus kerja Ren! Abang sayang sama Aiya. Abang gak mau ngecewain Aiya” Tukasku.
“Tapi khan Bang, disini juga khan banyak pekerjaan, lantas Band Abang mau di kemana-in?” usul Rena.
“Ren, Abang gak mau mimpi lagi, Abang udah bosan Ren. Abang kurang nyaman sama mereka. Abang udah muak sama orang-orang kaya itu, mereka gak pernah sadar siapa mereka, yang mereka tau hanya menjadi raja-raja saja”. Jawabku. Ya Tuhan ampuni aku yang sudah ghibah, tapi sungguh perasaan inilah yang menjadi tanda Tanya di hidupku. Ya secara langkah kami Cuma tinggal selangkah lagi untuk lanjutin gerakan underground Rock n’ Roll katanya. Mungkin sudah saatnya aku buang jauh-jauh CD-CD yang gak mendidik aku banget. Goodbye untuk mu wahai Smoke On The Water, Higway Star, Future World-Helloween and Mr. Big atau apa lah. Fuck U’re! .
“Lantas Abang mau pergi begitu saja. Bang, Aiya mau di kemana-in?” Potong Rena.
“Ren, jujur Abang mengharapkan sekali kalau Aiya mau datang ke sini, biar Abang bisa jelasin semua”. Tuturku.
“Ya udah Bang, kalau itu memang pilihan Abang, tapi Bang Rena mohon Abang bisa berubah fikiran”. “Bang, Rena pulang dulu ya! Nanti Rena nyuruh Aiya ke sini ya!”. Pamit Rena.
“Makasih ya Ren, Abang sudah ngerepotin Rena” Ucapku.
“Biasa kali Bang, kan kita teman”.
***
Duh pegel juga ini tangan baru juga tiga bait aku nulis surat kaya ginian. Ups! Bukannya sekarang bukannya zaman Siti Nur Haliza lagi khan, sms kek, telpon kek atau apa. Tapi gak apa-apa untuk saat ini,moga aja iklan yang memuakkan itu gak tayang lagi di TV bututku,”Hari Gini Gak Punya HP!”.
“Assalamu’alaikum?”
“Wa’alaikum salam, eh Rena. Masuk aja ke dalam! Eh Ade tolong ambilin the buat Kak Rena” Suruhku.
“Gimana Ren, sudah jumpa ma Aiya?” tanyaku.
“Bang, kayaknya dia gak serius ma Abang” Keluh Rena.
“Memangnya kenapa Ren?” penasaran.
“Bang, sebenarnya tadi sore itu dia sengaja kabur dari Abang, gak tau lah Bang!” Jawabnya.
“Lantas kamu sudah bilang kalau Abang mau pergi?”
“Justru itu masalahnya Bang, dia sepertinya gak peduli lagi sama Abang” Tukasnya.
“Ren, sebenarnya Abang baru selesai buat surat untuk Aiya dari tadi, Abang gak tau lagi mesti gimana, bentar ya!”
“Ren, ini suratnya, kamu boleh membacanya sekarang”.
“Tapi Bang, ini khan buat Aiya” Sahut Rena.
“Tidak Ren, sepertinya surat ini sudah kadaluarsa karena Aiya sudah gak peduli lagi sama Abang. Tapi Ren, kamu bisa membaca hati Abang khan! Abang sangat sayang dia,Ren.Abang melakukan ini semua untuk dia”. Keluhku.
“Lalu kenapa Abang suruh Rena untuk kirim surat ini?” Protes Rena.
“Ren, Abang besok pagi perginya, nanti kalau Rena ketemu dia lagi, coba Tanya dia lagi, apakah dia masih bisa menunggu Abang atau sebaliknya. Kalau Aiya seperti yang Abang harapkan, maka berikan surat ini. Namun apabila, sedikitpun Aiya tak peduli lagi sama Abang, maka sobek saja surat ini tanpa sepengetahuan Aiya kalau Abang bikit surat buat dia”. Ujarku.
“Mm Bang, suratnya Rena baca dulu ya!” Usul Rena.
“Itu terserah Rena, tapi Ren, ingat ya pesan Abang tadi!” Helaku.
Bandung, maafkan aku. Terima kasihku karena engkau telah berikan hikmah dalam hidupku. Mungkin ini sudah suratan dari-Nya yang harus aku jalani. Dan ada satu keyakinan bahwa cinta itu masih ada.
Bandung, 13 Februari 2008
Dear Aiya,
Aiya kekasihku, mungkin saat ini aku sudah berada di atas samudera-Nya Yang Maha Luas. Meter demi meter telah aku lalui, kilometer demi kilometer jarak kian menjadi dogma untukku, bahwaku telah jauh darimu. Sungguh jauh dan begitu jauh terlampaui.
Aiya kekasihku, aku pergi mencari sesuatu yang belum pernah aku cari. Yaitu cintamu di atas senyuman syahdu di setiap lembayung sore itu. Pun tawa nan simpul, senyum itu sejenak merapuh saat kataku tertahan di bibirku. Berat kata ini telah menjadi beban yang harus aku ungkap. Hingga aku buka rahasiamu, bahwamu benar-benar se-utuhnya untukku.
Aiya kekasihku, sekarang aku telah jauh darimu. Bukan sungai yang biasa kita lintasi dengan dua batang bambu seperti dulu saat kita terjatuh dan basah kuyup. Sejenak kemerahan muka manismu menahan malu karena secara tak sadar kita menjadi tontonan pe-jalan kaki. Aiya, yang menjadi batas kita adalah laut, ya laut. Namun kasih betapa pun jauh menjadi batas antara kita, kuharap kau bisa nantikanku di batas waktumu. Hingga aku yakin bahwa setiamu adalah selimutmu.
Aiya kekasihku, aku titipkan keluargaku kepadamu. Aku sangat menyayangi mereka. Seringlah main kerumah, karena mereka sudah anggapmu seperti keluarga sendiri.
Aiya kekasihku, inilah awal jalanku temuimu kelak.
Kekasihmu


Oleh : Ibnu Abdurrahim Assundawie

NOAH - Separuh Aku (Cover by Tawfik Piu)

3 Doors Down - Here Without You

Because children are a gift

 The largest digital maze collection for children! With over 5000 maze designs ranging from beginner to expert, it provides endless fun tha...