Produk Unggulan Kami
Thursday, 25 July 2019
Thursday, 25 June 2015
SEJARAH WALISONGO
Silsilah
Walisongo
(Arrahmah.com) – Bisa
dikatakan tak akan ada Islam di Indonesia tanpa peran khilafah. Orang sering
mengatakan bahwa Islam di Indonesia, khususnya di tanah Jawa disebarkan oleh
Walisongo. Tapi tak banyak orang tahu, siapa sebenarnya Walisongo itu? Dari
mana mereka berasal? Tidak mungkin to mereka tiba-tiba ada, seolah turun dari
langit?
Dalam kitab Kanzul Hum yang ditulis oleh Ibnu Bathuthah yang
kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo
dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim
surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim
sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan
ke pulau Jawa* .
Jadi, Walisongo sesungguhnya adalah para dai atau ulama yang
diutus khalifah di masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di
Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 6 angkatan
yang masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai
oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki,
pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar
pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara.
Seangkatan dengannya, ada dua wali dari Palestina yang berdakwah di Banten.
Yaitu Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin.
Jadi, masyarakat Banten sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis
dengan Palestina .
Lalu ada Syekh Ja’far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di
sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya
juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus mendirikan sebuah kota kecil di Jawa
Tengah yang kemudian disebut Kudus – berasal dari kata al Quds (Jerusalem) .
Dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke mana-mana
hingga seperti yang kita lihat sekarang. Oleh karena itu, sungguh aneh kalau ada
dari umat Islam sekarang yang menolak khilafah. Itu sama artinya ia menolak
sejarahnya sendiri, padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain dari para
ulama yang diutus oleh para khalifah .
Islam masuk ke Indonesia pada abad 7M (abad 1H), jauh sebelum
penjajah datang. Islam terus berkembang dan mempengaruhi situasi politik ketika
itu. Berdirilah kesultanan-kesultanan Islam seperti di Sumatera setidaknya
diwakili oleh institusi kesultanan Peureulak (didirikan pada 1 Muharram 225H
atau 12 November tahun 839M), Samudera Pasai, Aceh Darussalam, Palembang;
Ternate, Tidore dan Bacan di Maluku (Islam masuk ke kerajaan di kepulauan
Maluku ini tahun 1440); Kesultanan Sambas, Pontianak, Banjar, Pasir, Bulungan,
Tanjungpura, Mempawah, Sintang dan Kutai di Kalimantan .
Adapun kesultanan di Jawa antara lain: kesultanan Demak,
Pajang, Cirebon dan Banten. Di Sulawesi, Islam diterapkan dalam institusi
kerajaan Gowa dan Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu. Sementara di Nusa
Tenggara penerapan Islam di sana dilaksanakan dalam institusi kesultanan Bima.
Setelah Islam berkembang dan menjelma menjadi sebuah institusi maka hukum-hukum
Islam diterapkan secara menyeluruh dan sistemik dalam kesultanan-kesultanan
tersebut .
Periode Dakwah Walisongo
Kita sudah mengetahui bahwa mereka adalah Maulana Malik
Ibrahim ahli tata pemerintahan negara dari Turki, Maulana Ishaq dari Samarqand
yang dikenal dengan nama Syekh Awwalul Islam, Maulana Ahmad Jumadil Kubra dari
Mesir, Maulana Muhammad al-Maghrabi dari Maroko, Maulana Malik Israil dari
Turki, Maulana Hasanuddin dari Palestina, Maulana Aliyuddin dari Palestina, dan
Syekh Subakir dari Persia. Sebelum ke tanah Jawa, umumnya mereka singgah dulu
di Pasai. Adalah Sultan Zainal Abidin Bahiyan Syah penguasa Samudra Pasai
antara tahun 1349-1406 M yang mengantar Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq
ke Tanah Jawa .
Pada periode berikutnya, antara tahun 1421-1436 M datang tiga
da’i ulama ke Jawa menggantikan da’i yang wafat. Mereka adalah Sayyid Ali
Rahmatullah putra Syaikh Ibrahim dari Samarkand (yang dikenal dengan Ibrahim
Asmarakandi) dari ibu Putri Raja Campa-Kamboja (Sunan Ampel), Sayyid Ja’far
Shadiq dari Palestina (Sunan Kudus), dan Syarif Hidayatullah dari Palestina
cucu Raja Siliwangi Pajajaran (Sunan Gunung Jati) .
Mulai tahun 1463M makin banyak da’i ulama keturunan Jawa yang
menggantikan da’i yang wafat atau pindah tugas. Mereka adalah Raden Paku (Sunan
Giri) putra Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu,
Raja Blambangan; Raden Said (Sunan Kalijaga) putra Adipati Wilatikta Bupati
Tuban; Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang); dan Raden Qasim Dua (Sunan Drajad)
putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati, putri Prabu Kertabumi Raja Majapahit
.
Banyaknya gelar Raden yang berasal dari kata Rahadian yang
berarti Tuanku di kalangan para wali, menunjukkan bahwa dakwah Islam sudah
terbina dengan subur di kalangan elit penguasa Kerajaan Majapahit. Sehingga
terbentuknya sebuah kesultanan tinggal tunggu waktu .
Hubungan tersebut juga nampak antara Aceh dengan Khilafah
Utsmaniyah. Bernard Lewis menyebutkan bahwa pada tahun 1563M, penguasa Muslim
di Aceh mengirim seorang utusan ke Istambul untuk meminta bantuan melawan
Portugis sambil meyakinkan bahwa sejumlah raja di kawasan tersebut telah
bersedia masuk agama Islam jika kekhalifahan Utsmaniyah mau menolong mereka .
Saat itu kekhalifahan Utsmaniyah sedang disibukkan dengan
berbagai masalah yang mendesak, yaitu pengepungan Malta dan Szigetvar di
Hungaria, dan kematian Sultan Sulaiman Agung. Setelah tertunda selama dua
bulan, mereka akhirnya membentuk sebuah armada yang terdiri dari 19 kapal
perang dan sejumlah kapal lainnya yang mengangkut persenjataan dan persediaan
untuk membantu masyarakat Aceh yang terkepung .
Namun, sebagian besar kapal tersebut tidak pernah tiba di
Aceh. Banyak dari kapal-kapal tersebut dialihkan untuk tugas yang lebih
mendesak yaitu memulihkan dan memperluas kekuasaan Utsmaniyah di Yaman. Ada
satu atau dua kapal yang tiba di Aceh. Kapal-kapal tersebut selain membawa
pembuat senjata, penembak, dan teknisi juga membawa senjata dan peralatan
perang lainnya, yang langsung digunakan oleh penguasa setempat untuk mengusir
Portugis. Peristiwa ini dapat diketahui dalam berbagai arsip dokumen negara
Turki .
Hubungan ini nampak pula dalam penganugerahan gelar-gelar
kehormatan diantaranya Abdul Qadir dari Kesultanan Banten misalnya, tahun 1048
H (1638 M) dianugerahi gelar Sultan Abulmafakir Mahmud Abdul Kadir oleh Syarif
Zaid, Syarif Mekkah saat itu. Demikian pula Pangeran Rangsang dari Kesultanan
Mataram memperoleh gelar Sultan dari Syarif Mekah tahun 1051 H (1641 M ) dengan
gelar Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami. Pada tahun 1638 M, sultan
Abdul Kadir Banten berhasil mengirim utusan membawa misi menghadap syarif Zaid
di Mekah .
Hasil misi ke Mekah ini sangat sukses, sehingga dapat
dikatakan kesultanan Banten sejak awal memang meganggap dirinya sebagai
kerajaan Islam, dan tentunya termasuk Dar al-Islam yang ada di bawah
kepemimpinan Khalifah Turki Utsmani di Istanbul. Sultan Ageng Tirtayasa
mendapat gelar sultan dari Syarif mekah .
Hubungan erat ini nampak juga dalam bantuan militer yang
diberikan oleh Khilafah Islamiyah. Dalam Bustanus Salatin karangan Nuruddin
ar-Raniri disebutkan bahwa kesultanan Aceh telah menerima bantuan militer
berupa senjata disertai instruktur yang mengajari cara pemakaiannya dari
Khilafah Turki Utsmani (1300-1922)
Bernard Lewis (2004) menyebutkan bahwa pada tahun 1563
penguasa Muslim di Aceh mengirim seorang utusan ke Istanbul untuk meminta
bantuan melawan Portugis. Dikirimlah 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya
pengangkut persenjataan dan persediaan; sekalipun hanya satu atau dua kapal
yang tiba di Aceh
Tahun 1652 kesultanan Aceh mengirim utusan ke Khilafah Turki
Utsmani untuk meminta bantuan meriam. Khilafah Turki Utsmani mengirim 500 orang
pasukan orang Turki beserta sejumlah besar alat tembak (meriam) dan amunisi.
Tahun 1567, Sultan Salim II mengirim sebuah armada ke Sumatera, meski armada
itu lalu dialihkan ke Yaman. Bahkan Snouck Hourgroye menyatakan, “Di Kota
Makkah inilah terletak jantung kehidupan agama kepulauan Nusantara, yang setiap
detik selalu memompakan darah segar8 ke seluruh penduduk Muslimin di
Indonesia.” Bahkan pada akhir abad 20, Konsul Turki di Batavia membagi-bagikan
al-Quran atas nama Sultan Turki
Di Istambul juga dicetak tafsir al-Quran berbahasa melayu
karangan Abdur Rauf Sinkili yang pada halaman depannya tertera “dicetak oleh
Sultan Turki, raja seluruh orang Islam”. Sultan Turki juga memberikan beasiswa
kepada empat orang anak keturunan Arab di Batavia untuk bersekolah di Turki
Pada masa itu, yang disebut-sebut Sultan Turki tidak lain
adalah Khalifah, pemimpin Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki. Selain
itu, Snouck Hurgrounye sebagaimana dikutip oleh Deliar Noer mengungkapkan bahwa
rakyat kebanyakan pada umumnya di Indonesia, terutama mereka yang tinggal di
pelosok-pelosok yang jauh di penjuru tanah air, melihat stambol (Istambul,
kedudukan Khalifah Usmaniyah) masih senantiasa sebagai kedudukan seorang raja
semua orang mukmin yang kekuasaannya mungkin agaknya untuk sementara berkurang
oleh adanya kekuasaan orang-orang kafir, tetapi masih dan tetap [dipandang]
sebagai raja dari segala raja di dunia. Mereka juga berpikir bahwa
“sultan-sultan yang belum beragama mesti tunduk dan memberikan penghormatannya
kepada khalifah.” Demikianlah, dapat dikatakan bahwa Islam berkembang di
Indonesia dengan adanya hubungan dengan Khilafah Turki Utsmani
Dengan demikian, keterkaitan Nusantara sebagai bagian dari
Khilafah, baik saat Khilafah Abbasiyah Mesir dan Khilafah Utsmaniyah telah
nampak jelas pada pengangkatan Meurah Silu menjadi Sultan Malikussaleh di
Kesultanan Samudra-Pasai Darussalam oleh Utusan Syarif Mekkah, dan pengangkatan
Sultan Abdul Kadir dari Kesultanan Banten dan Sultan Agung dari Kesultanan
Mataram oleh Syarif Mekkah
Dengan mengacu pada format sistem kehilafahan saat itu,
Syarif Mekkah adalah Gubernur (wali) pada masa Khilafah Abbasiyah dan Khilafah
Utsmaniyah untuk kawasan Hijaz. Jadi, wali yang berkedudukan di Mekkah bukan
semata penganugerahan gelar melainkan pengukuhannya sebagai sultan. Sebab,
sultan artinya penguasa. Karenanya, penganugerahan gelar sultan oleh wali lebih
merupakan pengukuhan sebagai penguasa Islam. Sementara itu, kelihatan Aceh
memiliki hubungan langsung dengan pusat khilafah Utsmaniyah di Turki
Kesimpulan
Jumlah dai yang diutus ini tidak hanya sembilan (Songo).
Bahkan ada 6 angkatan yang dikirimkan, masing-masing jumlanya sekitar sembilan
orang. (Versi lain mengatakan 7 bahkan 10 angkatan karena dilanjutkan oleh anak
/ keturunannya)
Para Wali ini datang dimulai dari Maulana Malik Ibrahim, asli
Turki. Beliau ini ahli politik & irigasi, wafat di Gresik.
– Maulana Malik Ibrahim ini menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara.
– Maulana Malik Ibrahim ini menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara.
– Seangkatan dengan beliau ada 2 wali dari Palestina yg
berdakwah di Banten; salah satunya Maulana Hasanudin, beliau kakek Sultan Ageng
Tirtayasa.
– Juga Sultan Aliyudin, beliau dari Palestina dan tinggal di
Banten. Jadi masyarakat Banten punya hubungan darah & ideologi dg
Palestina.
– Juga Syaikh Ja’far Shadiq & Syarif Hidayatullah;
dikenal disini sebagai Sunan Kudus & Sunan Gunung Jati; mereka berdua dari
Palestina.
– Maka jangan heran, Sunan Kudus mendirikan Kota dengan nama
Kudus, mengambil nama Al-Quds (Jerusalem) & Masjid al-Aqsha di dalamnya.
(Sumber Muhammad Jazir, seorang budayawan & sejarawan
Jawa , Pak Muhammad Jazir ini juga penasehat Sultan Hamengkubuwono X).
Adapun menurut Berita yang tertulis di dalam kitab Kanzul
‘Hum karya Ibnul Bathuthah, yang kemudiah dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al
Maghribi.
Sultan Muhammad I itu membentuk tim beranggotakan 9 orang
untuk diberangkatkan ke pulau Jawa dimulai pada tahun 1404. Tim tersebut
diketuai oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli mengatur negara dari
Turki.
Wali Songo Angkatan Ke-1, tahun 1404 M/808 H. Terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur
negara.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli ruqyah.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli ruqyah.
Wali Songo Angkatan ke-2, tahun 1436 M, terdiri dari :
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Maulana Ishaq, asal Samarqand, Rusia Selatan
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Maulana Hasanuddin, asal Palestina
8. Maulana ‘Aliyuddin, asal Palestina
9. Syekh Subakir, asal Persia Iran.
2. Maulana Ishaq, asal Samarqand, Rusia Selatan
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Maulana Hasanuddin, asal Palestina
8. Maulana ‘Aliyuddin, asal Palestina
9. Syekh Subakir, asal Persia Iran.
Wali Songo Angkatan ke-3, 1463 M, terdiri dari:
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
Wali Songo Angkatan ke-4,1473 M, terdiri dari :
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
Wali Songo Angkatan ke-5,1478 M, terdiri dari :
1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Syaikh Siti Jenar, asal Persia, Iran
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatimu
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Syaikh Siti Jenar, asal Persia, Iran
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatimu
Wali Songo Angkatan ke-6,1479 M, terdiri dari :
1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Tembayat, asal Pandanarang
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Tembayat, asal Pandanarang
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
(adibahasan/warohmad/arrahmah.com)
- See more at:
http://www.arrahmah.com/news/2015/06/24/sejarah-walisongo.html#sthash.bcr1seqk.dpuf
Friday, 15 May 2015
Biografi Sejarah Wong Fei Hung | Ternyata Wong Fei Hung adalah Muslim, Jago Kungfu, Ulama dan Tabib

Wong Fei Hung (Faisal Hussein Wong) ternyata muslim dan ia adalah ulama yang jaguh kungfu dan juga seorang tabib.
Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jaguh Kung fu dalam filem Once Upon A Time in China. Dalam filem itu, watak Wong Fei Hung dimainkan oleh pelakon terkenal Hong Kong, Jet Li.
Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?
Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, ahli Perubatan, dan ahli bela diri legenda yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun kerajaan China sering berupaya mengaburkan identiti Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga imej kekuasaan Komunis di China.
Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila dibahasa arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.
Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jaguh Kung fu dalam filem Once Upon A Time in China. Dalam filem itu, watak Wong Fei Hung dimainkan oleh pelakon terkenal Hong Kong, Jet Li.
Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?
Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, ahli Perubatan, dan ahli bela diri legenda yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun kerajaan China sering berupaya mengaburkan identiti Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga imej kekuasaan Komunis di China.
Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila dibahasa arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.
Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu
perubatan tradisional, serta ahli bela diri tradisional Tiongkok (wushu /
kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik perubatan bernama Po Chi Lam di
Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang
menguasai ilmu wushu peringkat tertinggi. Ketinggian ilmu bela diri Wong
Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Harimau
Kwantung. Kedudukan Harimau Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya
kepada Wong Fei Hung.
Kombinasi antara pengetahuan ilmu perubatan tradisional dan teknik bela diri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Kerana itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.
Pesakit klinik keluarga Wong yang meminta bantuan perubatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar kos perubatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pesakit yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa mempedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pilih kasih.
Kombinasi antara pengetahuan ilmu perubatan tradisional dan teknik bela diri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Kerana itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.
Pesakit klinik keluarga Wong yang meminta bantuan perubatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar kos perubatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pesakit yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa mempedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pilih kasih.
Secara rahsia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah
melawan pemerintahan Kerajaan Ch'in yang rasuah dan penindas. Kerajaan
Ch'in ialah Kerajaan yang merobohkan kekuasaan Kerajaan Yuan yang
memerintah sebelumnya. Kerajaan Yuan ini dikenali sebagai satu-satunya
Kerajaan Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama
Islam.
Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat pertahankan diri sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarnya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung berjaya melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang menjadi lagenda. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan handalan dari Hung Hei-Kwun, abang seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang terlepas dari peristiwa pembakaran dan pembunuhan oleh pemerintahan Kerajaan Ch'in pada 1734.
Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan Kerajaan penjajah Ch'in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah Ch'in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, England, Jepun), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu nescaya akan berjaya menghalau pendudukan Kerajaan Ch'in.
Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat pertahankan diri sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarnya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung berjaya melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang menjadi lagenda. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan handalan dari Hung Hei-Kwun, abang seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang terlepas dari peristiwa pembakaran dan pembunuhan oleh pemerintahan Kerajaan Ch'in pada 1734.
Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan Kerajaan penjajah Ch'in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah Ch'in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, England, Jepun), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu nescaya akan berjaya menghalau pendudukan Kerajaan Ch'in.
Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada
ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli
perubatan dan bela diri terkemuka. Bahkan ia berjaya mengembangkannya
menjadi lebih maju. Kemampuan ilmu pertahankan diri semakin sukar
ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktikal
namun cekap yang dinamakan Jurus Cakar Harimau dan Jurus Sembilan
Pukulan Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir
menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan
langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri
dengan hanya memegang tongkat berjaya menewaskan lebih dari 30 orang
jaguh pelabuhan berbadan tegap dan kejam di Canton.
Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai ujian. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu kejadian pergaduhan dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah kerana isteri-isterinya meninggal dalam usia muda. Setelah isteri ketiganya meninggal dunia, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli bela diri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar bela diri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.
Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai ujian. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu kejadian pergaduhan dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah kerana isteri-isterinya meninggal dalam usia muda. Setelah isteri ketiganya meninggal dunia, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli bela diri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar bela diri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.
Wong Fei-Hung meninggal dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya
dikenali sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang
diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid.
Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. .. Aamiin ..
Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. .. Aamiin ..
Friday, 8 May 2015
VIDEO : Masya Allah Bunga Ini Mekar 5 Kali Sehari Seiring Kumandang Adzan
BAKU (Arrahmah.com) – Maasyaa Allah, tak habis-habisnya tanda kebesaran
Allah di alam ini terabadikan manusia untuk dijadikan pelajaran (hidayah).
Salah satunya adalah fenomena mekarnya bunga saat adzan berkumandang, lima kali
sehari.
Pada tahun 2013, sebuah stasiun televisi swasta di
Azerbaijan, Lider TV, melaporkan bahwa fenomena bunga bermekaran saat
berkumandang adzan terjadi di sebuah kebun bunga salah seorang warganya.
Mengetahui hal tersebut, CNN mengirimkan sebuah
tim untuk meliput kejadian luar biasa itu. Alhamdulillah, tenyata
fenomena “bunga adzan” itu betul-betul terjadi.
“Bunga ini mekar tepat 5 kali sehari seiring
kumandangnya adzan.” Demikian dilaporkan CNN pada liputannya yang
diunggah pada YouTube, Senin (6/5/2013).
“Segala puji bagi Allah, Pencipta yang Mahabesar,”
ujar narator CNN.
Maka benarlah firman Allah subhanahu wata’ala,
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ
فِيهِنَّ ۚ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا
تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya
bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan
memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia
adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. [Qur’an Surat Al Isra': 44)
- See more at:
http://www.arrahmah.com/news/2015/05/08/video-maasyaa-allah-bunga-ini-mekar-5-kali-sehari-seiring-kumandang-adzan.html#sthash.3yLCBQgf.dpuf
Thursday, 7 May 2015
Cinta Sejati Dalam Islam
Makna ‘Cinta Sejati’ terus dicari dan digali. Manusia dari
zaman ke zaman seakan tidak pernah bosan membicarakannya. Sebenarnya?
apa itu ‘Cinta Sejati’ dan bagaimana pandangan Islam terhadapnya?
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Masyarakat di belahan bumi manapun saat ini sedang diusik oleh mitos ‘Cinta Sejati‘, dan dibuai oleh impian ‘Cinta Suci’. Karenanya, rame-rame, mereka mempersiapkan diri untuk merayakan hari cinta “Valentine’s Day”.
Pada kesempatan ini, saya tidak ingin mengajak saudara menelusuri
sejarah dan kronologi adanya peringatan ini. Dan tidak juga ingin
membicarakan hukum mengikuti perayaan hari ini. Karena saya yakin, anda
telah banyak mendengar dan membaca tentang itu semua. Hanya saja, saya
ingin mengajak saudara untuk sedikit menyelami: apa itu cinta? Adakah
cinta sejati dan cinta suci? Dan cinta model apa yang selama ini
menghiasi hati anda?
Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous University
of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan.
Menurutnya: Sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan
hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di
otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Rasa tergila-gila dan
cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah
berumur 4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks,
bukan cinta yang murni lagi.
Menurutnya, rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan
oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa
hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang
membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan
tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan
dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang.
(sumber: www.detik.com Rabu, 09/12/2009 17:45 WIB).
Wah, gimana tuh nasib cinta yang selama ini anda dambakan dari
pasangan anda? Dan bagaimana nasib cinta anda kepada pasangan anda?
Jangan-jangan sudah lenyap dan terkubur jauh-jauh hari.
Anda ingin sengsara karena tidak lagi merasakan indahnya cinta
pasangan anda dan tidak lagi menikmati lembutnya buaian cinta kepadanya?
Ataukah anda ingin tetap merasakan betapa indahnya cinta pasangan anda
dan juga betapa bahagianya mencintai pasangan anda?
Saudaraku, bila anda mencintai pasangan anda karena kecantikan atau
ketampanannya, maka saat ini saya yakin anggapan bahwa ia adalah orang
tercantik dan tertampan, telah luntur.
Bila dahulu rasa cinta anda kepadanya tumbuh karena ia adalah orang
yang kaya, maka saya yakin saat ini, kekayaannya tidak lagi spektakuler
di mata anda.
Bila rasa cinta anda bersemi karena ia adalah orang yang berkedudukan
tinggi dan terpandang di masyarakat, maka saat ini kedudukan itu tidak
lagi berkilau secerah yang dahulu menyilaukan pandangan anda.
Saudaraku! bila anda terlanjur terbelenggu cinta kepada seseorang,
padahal ia bukan suami atau istri anda, ada baiknya bila anda menguji
kadar cinta anda. Kenalilah sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta
anda kepadanya. Coba anda duduk sejenak, membayangkan kekasih anda dalam
keadaan ompong peyot, pakaiannya compang-camping sedang duduk di rumah
gubuk yang reot. Akankah rasa cinta anda masih menggemuruh sedahsyat
yang anda rasakan saat ini?
Para ulama’ sejarah mengisahkan, pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu
bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang
wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al
Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan menghujam
hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu. Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu
sering kali merangkaikan bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan
hatinya. Berikut di antara bait-bait syair yang pernah ia rangkai:
Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah
Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.
Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.
Karena begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu
merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang
untuk menundukkan negeri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya:
bila Laila bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga
menjadi budak), maka berikanlah kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. Dan subhanallah,
taqdir Allah setelah kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam,
didapatkan Laila termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian
Abdurrahmanpun segera terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar radhiallahu ‘anhu, maka Laila yang telah menjadi tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu.
Anda bisa bayangkan, betapa girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam
tiba, impiannya benar-benar kesampaian. Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu
kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain.
Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya
yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman kepada ‘Aisyah istri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan saudari kandungnya.
Menyikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata: “Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima?”
Akan tetapi tidak begitu lama Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia
ditimpa penyakit yang menyebabkan bibirnya “memble” (jatuh, sehingga
giginya selalu nampak). Sejak itulah, cinta Abdurrahman luntur dan
bahkan sirna. Bila dahulu ia sampai melupakan istri-istrinya yang lain,
maka sekarang iapun bersikap ekstrim. Abdurrahman tidak lagi sudi
memandang Laila dan selalu bersikap kasar kepadanya. Tak kuasa menerima
perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Mendapat pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyahpun segera menegur saudaranya dengan berkata:
يا عبد الرحمن لقد أحببت ليلى وأفرطت، وأبغضتها فأفرطت، فإما أن تنصفها، وإما أن تجهزها إلى أهلها، فجهزها إلى أهلها.
“Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan
dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam
membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil
kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir 35/34 & Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi 16/559)
Bagaimana saudaraku! Anda ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang
dialami oleh Laila bintu Al Judi? Ataukah anda mengimpikan nasib serupa
dengan yang dialami oleh Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu?(1)
Tidak heran bila nenek moyang anda telah mewanti-wanti anda agar
senantiasa waspada dari kenyataan ini. Mereka mengungkapkan fakta ini
dalam ungkapan yang cukup unik: Rumput tetangga terlihat lebih hijau dibanding rumput sendiri.
Anda penasaran ingin tahu, mengapa kenyataan ini bisa terjadi?
Temukan rahasianya pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ. رواه الترمذي وغيره
“Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari
rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki
yang bukan mahramnya).” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Orang-orang Arab mengungkapkan fenomena ini dengan berkata:
كُلُّ مَمْنُوعٍ مَرْغُوبٌ
Setiap yang terlarang itu menarik (memikat).
Dahulu, tatkala hubungan antara anda dengannya terlarang dalam agama,
maka setan berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal
sehat anda, sehingga anda hanyut oleh badai asmara. Karena anda hanyut
dalam badai asmara haram, maka mata anda menjadi buta dan telinga anda
menjadi tuli, sehingga andapun bersemboyan: Cinta itu buta. Dalam pepatah arab dinyatakan:
حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ
Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.
Akan tetapi setelah hubungan antara anda berdua telah halal, maka
spontan setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak lagi
membentangkan tabir di mata anda, setan malah berusaha membendung badai
asmara yang telah menggelora dalam jiwa anda. Saat itulah, anda mulai
menemukan jati diri pasangan anda seperti apa adanya. Saat itu anda
mulai menyadari bahwa hubungan dengan pasangan anda tidak hanya sebatas
urusan paras wajah, kedudukan sosial, harta benda. Anda mulai menyadari
bahwa hubungan suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras wajah
atau kedudukan dan harta kekayaan. Terlebih lagi, setan telah berbalik
arah, dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan antara anda berdua
dengan perceraian:
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ. البقرة 102
“Maka mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan)
itu apa yang dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara
seorang (suami) dari istrinya.” (Qs. Al Baqarah: 102)
Mungkin anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap?
Bersikaplah sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati
nurani anda. Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan
anda kabur dan anda tidak mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji
palsu.
Mungkin anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah yang
sebenarnya layak untuk mendapatkan cinta suci saya? Kepada siapakah saya
harus menambatkan tali cinta saya?
Simaklah jawabannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا
وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. متفق عليه
“Biasanya, seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan:
karena harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena
agamanya. Hendaknya engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya
engkau akan bahagia dan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan pada hadits lain beliau bersabda:
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ
فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ
عَرِيضٌ. رواه الترمذي وغيره.
“Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai,
datang kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya
akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi.” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia,
akan senantiasa bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan
tidak pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah
menjemput.
الأَخِلاَّء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ. الزخرف 67
“Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari
itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali
orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67)
Saudaraku! Cintailah kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar cintamu abadi. Tidakkah anda mendambakan cinta
yang senantiasa menghiasi dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam
alam kubur dan kelak dibangkitkan di hari kiamat? Tidakkah anda
mengharapkan agar kekasihmu senantiasa setia dan mencintaimu walaupun
engkau telah tua renta dan bahkan telah menghuni liang lahat?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ
الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى
الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ. متفق عليه
“Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia
merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai
dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia
mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada
kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya
bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)
Saudaraku! hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang
mulialah yang suci dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa
angin atau sinar matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air
hujan.
Yahya bin Mu’az berkata: “Cinta karena Allah tidak akan bertambah
hanya karena orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak
akan berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu.” Yang demikian itu
karena cinta anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan
akhlaq mulia, sehingga bila iman orang yang anda cintai tidak bertambah,
maka cinta andapun tidak akan bertambah. Dan sebaliknya, bila iman
orang yang anda cintai berkurang, maka cinta andapun turut berkurang.
Anda cinta kepadanya bukan karena materi, pangkat kedudukan atau wajah
yang rupawan, akan tetapi karena ia beriman dan berakhlaq mulia. Inilah
cinta suci yang abadi saudaraku.
Saudaraku! setelah anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan
saya bertanya: Benarkah cinta anda suci? Benarkah cinta anda adalah
cinta sejati? Buktikan saudaraku…
Wallahu a’alam bisshowab, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan atau menyinggung perasaan.
***
Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A.
Dipublikasi ulang dari www.pengusahamuslim.com
Dipublikasi ulang dari www.pengusahamuslim.com
Sumber : muslimah.or.id
Bingkisan Istimewa Untuk Saudariku Agar Bersegera Meninggalkan Nasyid "Islami" (1)
Jika kita bicara tentang musik, dapat dipastikan bahwa
mayoritas penduduk dunia ini menyukainya. Mulai dari anak-anak, remaja,
hingga orang tua gemar mendengarkan lagu-lagu nan merdu. Dari artikel yang
lalu, kita telah mengetahui keharaman hukum nyanyian dan musik
sebagaimana telah disebutkan dalam berbagai hadits yang shahih. Tidak
pula diketahui adanya khilaf (perbedaan pendapat) di antara para ulama
salaf mengenai hal ini. Tapi, kemudian timbul wacana baru yang
dilontarkan oleh orang-orang yang menamai dirinya sebagai seniman muslim
tentang nasyid islami. Mereka menganggap nasyid Islami sebagai sarana
dakwah dan cara lain dalam bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah
‘Azza wa Jalla. Betulkah demikian?
Dalil Keharaman Musik
Saudariku, ketahuilah bahwa mendengarkan musik, nyanyian, atau lagu hukumnya adalah haram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيَكُوْنَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّوْنَ الْحِرَ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ…
“Benar-benar akan ada segolongan dari umatku yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik.” (HR. Bukhari)
Hadits ini menunjukkan bahwa musik adalah haram menurut syari’at
Islam. Hal yang menguatkan keharaman musik dalam hadits tersebut adalah
bahwa alat musik disandingkan dengan hal lain yang diharamkan yaitu
zina, sutra (diharamkan khusus bagi laki-laki saja), dan khamr.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَ مِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِى لَهْوَ الْحَدِيْثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan
yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa
ilmu.” (Qs. Luqman: 6)
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dan jumhur ulama tafsir menafsirkan kata “lahwul hadits” (perkataan yang tidak berguna) adalah nyanyian atau lagu. Ibnu Katsir rahimahullah juga
menegaskan bahwa ayat ini berkaitan dengan keadaan orang-orang hina
yang enggan mengambil manfaat dari (mendengarkan) Al Qur’an, malah
beralih mendengarkan musik dan nyanyian.
Maka sangatlah tepat jika nyanyian disebut sebagai perkataan yang
tidak berguna karena di dalamnya terkandung perkataan-perkataan yang
tercela ataupun tidak mengandung manfaat, dapat menimbulkan penyakit
hati, dan membuat kita lalai dari mengingat Allah.
Mengenal Nasyid
Orang-orang Arab pada zaman dahulu biasanya saling bersahut-sahutan melemparkan sya’ir. Dan sya’ir mereka ini adalah sebuah spontanitas, tidak berirama dan tidak pula dilagukan. Inilah yang disebut nasyid. Nasyid
itu meninggikan suara dan nasyid merupakan kebudayaan orang Arab, bukan
bagian dari syari’at Islam. Nasyid hanyalah syair-syair Arab yang
mencakup hukum-hukum dan tamtsil (permisalan), penunjukan sifat
keperwiraan dan kedermawanan.
Nasyid tidaklah haram secara mutlak dan tidak juga dibolehkan secara
mutlak, tergantung kepada sya’ir-sya’ir yang terkandung di dalamnya.
Berbeda dengan musik yang hukumnya haram secara mutlak. Ini karena
nasyid bisa saja memiliki hikmah yang dapat dijadikan pembelajaran atau
peringatan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya di antara sya’ir itu ada hikmah.” (Riwayat Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad
no. 6145, Ibnu Majah no. 3755, Imam Ahmad (III/456, V/125), ad-Daarimi
(II/296-297) dan ath-Thayalisi no. 558, dari jalan Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu)
Dan ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang sya’ir, maka beliau bersabda,
“Itu adalah perkataan, maka sya’ir yang baik adalah baik, dan sya’ir yang buruk adalah buruk.”
(Riwayat Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, dan takhrijnya telah
diluaskan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Hadits ash-Shahihah
no. 447)
Nasyid Pada Zaman Dahulu
Orang-orang pada zaman dulu biasa membakar semangat berperang dengan
melantunkan sya’ir-sya’ir. Dan banyak pula orang-orang asing di antara
mereka yang hendak berhaji melantunkan sya’ir tentang ka’bah, zam-zam,
dan selainnya ketika berada di tengah perjalanan. Abdullah bin Rawahah
pun pernah melantunkan sya’ir untuk menyemangati para shahabat yang
sedang menggali parit ketika Perang Khandaq. Beliau bersenandung,
“Ya Allah, tiada kehidupan kecuali kehidupan akhirat, maka ampunilah
kaum Anshar dan Muhajirin.” Kaum Muhajirin dan Anshar menyambutnya
dengan senandung lain, “Kita telah membai’at Muhammad, kita selamanya
selalu dalam jihad.” (Rasa’ilut Taujihat Al Islamiyah, I/514–516)
Akan tetapi, para sahabat Nabi tidak melantunkan sya’ir setiap
waktu, mereka melakukannya hanya pada waktu-waktu tertentu dan
sekedarnya saja, tidak berlebihan. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
“Sesungguhnya penuhnya rongga perut salah seorang di antara
kalian dengan nanah itu lebih baik baginya daripada penuh dengan
sya’ir.” (Riwayat Imam Bukhari no. 6154 dalam “Bab Dibencinya
Sya’ir yang Mendominasi Seseorang, Sehingga Menghalanginya Dari Dzikir
Kepada Allah”, ‘Ilmu dan al-Qur’an, diriwayatkan dari jalan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu)
Maksud dari riwayat di atas adalah kecenderungan hati seseorang
kepada sya’ir-sya’ir sehingga menyibukkannya dan memalingkannya dari
kesibukan dzikrullah dan mentadabburi al-Qur’an, itulah orang-orang yang
dikatakan sebagai orang dengan rongga perut yang penuh dengan sya’ir. (Fat-hul Baari X/564)
Nasyid Pada Zaman Sekarang
Nasyid yang ada pada zaman sekarang tidak jauh berbeda dengan
nyanyian dan musik yang telah jelas keharamannya. Berbeda dengan zaman
dahulu, sya’ir-sya’ir mulai dilagukan dan mengikuti kaidah/aturan seni
musik, sehingga menjatuhkan pelakunya kepada bentuk tasyabbuh
(menyerupai) kepada orang-orang kafir dan fasik. Ditambah lagi, kelompok
nasyid yang belakangan didominasi oleh kaum laki-laki ini menambahkan
alat musik sebagai ‘pemanis’ di dalamnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “(Setelah diketahui dari
riwayat yang shahih bahwa) bernyanyi, memainkan rebana, dan tepuk tangan
adalah perbuatan kaum wanita, maka para ulama Salaf menamakan para
laki-laki yang melakukan hal itu dengan banci, dan mereka menamakan
penyanyi laki-laki itu dengan banci, dan ini adalah perkataan masyhur
dari mereka.” (Majmuu’ Fataawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah XI/565-566)
Kelompok-kelompok nasyid pada zaman sekarang yang mengaku mencintai
Allah dan Rasul-Nya, mereka ingin menggeser kesukaan para pemuda
terhadap lagu-lagu dan musik yang tidak Islami kepada lagu-lagu dan
musik yang mereka labelkan “Islami”. Bahkan, acara-acara rohis di
sekolah-sekolah dan kampus-kampus pun hampir tidak pernah sepi dari
nasyid. Seolah hal ini merupakan pembenaran terhadap nasyid.
Sebagian orang (ironisnya kebanyakan dari mereka adalah para aktivis
dakwah) beranggapan bahwa nyanyian/musik yang diharamkan adalah nyanyian
yang liriknya tidak islami. Sedangkan untuk “musik islami’ atau
“nasyid” maka tidak mengapa, bahkan nasyid dapat membangkitkan semangat
dan sebagai sarana ibadah dan dakwah karena lagu-lagu tersebut
menggambarkan tentang Islam dan mengajak para pendengarnya kepada
keislaman.
Nasyid yang seperti ini adalah kelanjutan dari bid’ah kaum sufi yang menjadikan nyanyian-nyanyian (mereka menamakannya dengan as-sama’) sebagai bentuk ibadah dan keta’atan mereka kepada Allah. Kaum sufi menganggap bahwa sya’ir-sya’ir yang mereka sebut dengan at-taghbiir
(sejenis sya’ir yang berisikan anjuran untuk zuhud kepada dunia) adalah
bentuk dzikir mereka kepada Allah, sehingga mereka layak untuk
dikatakan sebagai al-mughbirah (orang-orang yang berdzikir
kepada Allah dengan do’a dan wirid). Ketika mereka melantunkan ‘dzikir’
mereka, mereka menambahkannya dengan kehadiran alat-alat musik yang
semakin menambah keharamannya, tetapi mereka menganggap itu sebagai
upaya untuk melembutkan hati. Na’udzubillah. Imam Ahmad ketika ditanya
tentang at-taghbir, maka beliau menjawab: “(Itu adalah) bid’ah”.
Syaikh Bakr Abu Zaid mengatakan bahwa beribadah dengan sya’ir dan
bernasyid sebagai bentuk dzikir, do’a dan wirid adalah bid’ah. Dan ini
lebih buruk daripada berbagai jenis pelanggaran dalam berdo’a dan
berdzikir. (Tash-hiidud Du’aa hal. 78)
Penulis: Ummu Sufyan Rahmawaty Woly dan Ummu Ismail Noviyani Maulida
Muroja’ah: Ust. Aris Munandar
Muroja’ah: Ust. Aris Munandar
***
Sumber : muslimah.or.id
Subscribe to:
Posts (Atom)
Because children are a gift
The largest digital maze collection for children! With over 5000 maze designs ranging from beginner to expert, it provides endless fun tha...

-
Sumber video dari Aljazeera Sejak 7 Oktober 2023, konflik antara Israel dan Palestina telah mencapai titik eskalasi baru yang memicu perhati...
-
Ukhuwah merupakan kekuatan atas karunia Allah Swt., sehingga muncul rasa sayang, persaudaraan, dan saling menumbuhkan kepercayaan tanpa me...
-
Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu (SMAIT) Al Fityah Pekanbaru, yang terletak di Jalan Swakarya, Tuahkarya, Tuah Madani, Pekanbaru, selal...