Sunday 18 December 2011

Makalah Keteladanan Orangtua Terhadap Perkembangan Anak



MAKALAH
KETELADANAN ORANGTUA
TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK






logo stai al azhar y.jpg



Oleh: Taupik Hidayat







JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL AZHAR
PEKANBARU
TAHUN 2011








KATA PENGANTAR        


Segala Puji hanya bagi Allah SWT., yang telah memberikan kita nikmat sehat, sehingga kita senantiasa dapat beraktivitas untuk mencari keridhaan-Nya. Salawat beserta salam, semoga tetap tercurah kepada Rasulullah SAW., kepada keluarganya, sahabatnya, beserta kita selaku umatnya yang senantiasa memegang teguh sunah beliau.
Makalah yang hadir dihadapan anda ini merupakan suatu makalah yang membahas tentang “Keteladanan Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak”, yang di dalamnya akan diuraikan sejauh mana keteladanan orangtua mampu memberikan perubahan positif dalam jiwa anak, introspeksi dan mereka mampu menjalankan prinsip-prinsip kehidupan.
Saya mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing, Dra. Hj. Devi Deswimar, MA., yang senantiasa memberikan saran dan kritiknya agar makalah ini dapat disusun dengan sempurna.
Semoga makalah ini keberadaannya menjadi sangat relevan dalam meningkatkan mutu sikap kita sebagai orang tua dari anak-anak kita.

                                                                                                Penyusun



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR........................................................................................       i
BAB I    PENDAHULUAN……………………………………………………      1
A.    Latar Belakang…………………………………………………....       1
B.     Alasan Pemilihan Judul…………………………………………...       2
C.     Penjelasan Istilah………………………………………………….      2
D.    Permasalahan……………………………………………………..       4
1.            Sikap Yang Harus Dimiliki Orang Tua…………………….        5
2.            Hal-hal Yang Harus Dihindari Orang Tua………………….       6
3.            Tahap-tahap Perkembangan Perilaku Anak…………………      7
4.            Hal-hal Yang Harus Dikembangkan Pada Anak……………      8
5.            Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Anak…………      9
6.            Bentuk-bentuk Penyimpangan Anak………………………..      10
E.     Tujuan Kegunaan Makalah………………………………………..      11
BAB II   PENUTUP…………………………………………………………….      12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….       13


BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
         Orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu memberikan keteladana yang baik kepada anak-anaknya. Karena keteladanan memiliki peran penting dalam mengarahkan tingkah laku anak-anak dan pemuda pada masa pembentukan awal mereka. Ia adalah sarana yang paling sukses mempengaruhi moral generasi baru serta pembentukan mereka sebagai pribadi ataupun anggota masyarakat. Sebab, keteladanan orang-orang yang terdekat dengan si anak, yakni para pendidik, adalah contoh tertinggi dalam pandangan anak yang tumbuh, dimana oleh karenanya dia akan mengikutinya dengan baik dalam sikap atau tingkah laku. Bahkan karena adanya keteladanan itulah, maka akan terpatri dalam jiwa dan perasaan si anak tersebut gambaran perkataan perbuatan yang dimiliki oleh pendidiknya.
         Dari sinilah kita melihat, bahwa keteladanan merupakan faktor yang berpengaruh sangat besar dalam kebaikan atau kerusakan seorang anak. Jika yang dijadikan keteladanan tersebut adalah sosok yang jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia dan pemberani, maka tumbuhlah anak itu dalam kejujuran, berakhlak mulia, dan pemberani. Sebaliknya, jika sosok yang menjadi pendidik tersebut adalah seorang pendusta, penghianat, kikir serta pengecut, maka tumbuhlah anak itu dalam dusta, hianat, sombong dan kekikiran.
         Sesungguhnya seorang anak, betapapun potensinya untuk kebaikan itu besar, dan betapapun fitrahnya itu suci bersih, dia tak akan bisa melaksanakan prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok pendidikan yang baik, apabila dia tidak melihat pendidik mereka ada di puncak keutamaan akhlak. Karena itu mudah bagi seorang pendidik untuk mendikte anak sebuah system dari pembinaan, akan tetapi sulit bagi anak itu untuk melaksanakan sistem ini, ketika dia melihat bahwa orang yang mendidiknya dan mengarahkannya itu ternyata tidak konsekuen dengan sistem ini, tidak mengaplikasikan pokok-pokok dan prinsip-prinsipnya[1].
B.           Alasan Pemilihan Judul
         Ada beberapa alasan  mengapa saya jadikan pertimbangan untuk menyusun makalah “Keteladanan Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak”, antara lain:
1.      Agar orang tua  mampu melakukan pembenahan diri sebelum memberikan keteladanan kepada anaknya,
2.      Karena orang tua harus mengetahui  tata cara memberikan teladan yang baik bagi anak,
3.      Agar orang tua mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku anak.
C.          Penjelasan Istilah
         Keteladanan merupakan hal yang sangat urgen bagi penunjang baik dan buruknya anak. “keteladanan” berasal dari kata “teladan” yang diberi imbuhan depan ke-, dan akhiran –an. Teladan merupakan sesuatu yang dapat ditiru atau baik untuk dicontoh (perbuatan, kelakuan, sifat, dan sebagainya).
Contoh :
Ketekunannya menjadi teladan bagi teman-temannya.
         Maka keteladanan bisa diartikan hal yang dapat ditiru atau baik untuk dicontohkan; tidak perlu diragukan lagi.
Contoh:
Keteladanannya sebagai orang tua.
         Orang tua berasal dari dua kata, yaitu : orang dan tua.
Orang berarti:
1.      Manusia (dalam arti khusus),
2.      Manusia (ganti diri ketiga yang tidak tentu), Contohnya: Jangan lekas percaya pada mulut orang.
3.      Dirinya sendiri; manusianya sendiri, Contohnya: Saya tidak berjumpa dengan orangnya.
4.      Kata penggolong manusia, Contoh: Lima orang nelayan.
5.      Anak buah atau bawahan, Contoh: Orangnya Pak Camat.
         Sedangkan tua artinya sudah lama hidup, sudah termasuk di waktu yang lampau dan ada pula yang mengartikan sudah masak atau sampai waktunya untuk dipetik.
         Maka orang tua bisa diartikan ayah atau ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli, dan sebagainya).
         Terhadap merupakan kata depan yang menunjukkan arah; kepada; lawan. Contoh: Dia segan terhadap ayahku.
         Perkembangan berasal dari kata kembang yang berarti:
1. Bunga (dipakai untuk menyebut berbagai macam bunga)
2. Menjadi besar, dan sebagainya.
         Kata kembang diberikan imbuhan Per- dan akhiran –an, maka perkembangan mengandung arti perihal berkembang.
         Anak mengandung arti:
1. Keturunan yang kedua,
2. Manusia yang masih kecil
3. Binatang yang masih kecil, dan sebagainya.[2]
         Anak yang penulis maksudkan adalah anak kandung dari seorang ayah atau ibu yang berperan sebagai pendidik bagi kelangsungan baik dan buruknya tingkah laku mereka.
        
D.          Permasalahan
         Masyarakat kita mengalami perubahan yang sangat cepat. Teknologi, struktur sosio ekonomi kita, struktur keluarga kita dan budaya bisnis kita hanya merupakan sedikit contoh yang berubah secara dramatis sepanjang hidup kita. Setiap perubahan itu telah dibentuk dan terus terbentuk sebagai akibat dari sikap dan perilaku kita. Misalkan, karena kita mampu mendapatkan apa saja yang kita inginkan atau kita perlukan dengan cepat, seperti hot dog yang dibuat di microwave, informasi instant melalui internet, kita menjadi kurang sabar dan kurang banyak akal. Kita tidak memberikan peluang melaksanakan nilai-nilai moral tersebut. Kita sering mendengar pasangan suami istri yang bercerai pada saat mereka menemui kesukaran. Apa yang terjadi dengan komitmen? Ketika perusahaan sedang mengalami kesukaran dan para pegawainya mencari pekerjaan lain, apa yang terjadi dengan loyalitas?
         Maka rumahlah yang menjadi titik awal dari sebuah keteladanan. Di sanalah perasaan tenang, aman, terindungi dan segala bentuk pembelaan apabila anak yang dia sayangi tersakiti atau dilecehkan. Untuk membentuk keteladan itu tidak dapat dilakukan secara tergesa-gesa, memaksa atau memberikan suatu sanksi yang dalam kondisinya anak yang terhukum itu tidak tahu menahu tentang hukuman yang akan dia dapati dari orang tuanya. Maka dari itu, dianggap perlu pembenahan sikap atau perilaku orang tua yang sekiranya dapat membentuk sikap anak-anak yang patuh, cerdas, bersahaja dan mampu berbakti kepada kedua orang tuanya.

1.       Sikap Yang Harus Dimiliki Orang Tua
            Adapun beberapa sikap yang perlu dimiliki oleh orang tua tersebut, antara lain:
a.       Introspeksi
Dalam kata lain, orang tua harus berkaca diri atau menelaah baik dan buruknya perilaku diri sendiri. Seperti: ada dan tiadanya sifat jujur, amanah, bertanggung jawab, penyayang dan bersikap adil kepada anak-anaknya.,
b.                              Evaluasi
Evaluasi dapat mengatur semua susunan program yang terrancang secara apik mengenai cara pandang, menyikapi perilaku sendiri, menelaah plus minus perbuatan baik orang tua yang bersangkutan. Maka dari masalah ini orang tua akan tahu, sejauh mana dia mengukur perbuatan yang telah dilakukannya.
c.                               Manajemen Kemasyarakatan
Selain orang tua membuat usaha perbaikan sikap, maka cara orang tua bergaul, hutang piutang, kerjasama atau gotong royong, harus baik dan tidak bersilangan dengan ketenangan masyarakat pada umumnya.
            Apabila ketiga komponen ini bersinergi dengan baik, maka orang tua akan mampu berdiri di depan menjadi imam yang baik bagi keluarganya.

2.      Hal-hal Yang Perlu Dihindari Oleh Orang Tua
            Ada beberapa hal yang perlu dihindari oleh orang tua agar orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya, yaitu:
a.       Menampakan kebiasaan-kebiasaan buruk kepada anak; contohnya: merokok, mabuk-mabukan, foya-foya , judi dan sebagainya.
b.      Salah penempatan pengungkapan kasih saying kepada anak. Hal ini bisa terlihat dari peran orang tua yang terlalu memberikan kebebasan kepada anak. Seperti : mengizinkan anak-anaknya pacaran (seks bebas), memanjakan anak secara berlebihan atau memberikan fasilitas-fasilitas praktis, karena perbuatan ini dapat membuat anak tidak mandiri.
c.       Pertengkaran antara suami dengan istri di depan anak. Hal ini bisa membuat suasana hati si anak dan apabila hal ini berkelanjutan, si anak akan lebih memilih hidup di luaran. Karena dia merasa bahwasanya rumahnya bukanlah suatu tempat yang aman yang layak disinggahi.
d.      Memaksakan hukuman kepada anak yang tidak sesuai dengan kesanggupan anak atau orang tua yang tidak adil dan meng-anak emaskan salah satu dari anak-anak mereka..
      Anak seharusnya diberikan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman mengenai  dunia secara alamiah, tanpa diatur oleh aturan kaku dan bebas dari pembatasan oleh orang dewasa.

3.   Tahap-tahap Perkembangan Anak
      Seperti Aristoteles dan Plato, Rousseu percaya bahwa perkembangan pada masa anak dan remaja terjadi dalam serangkaian tahap. Ada empat tahap perkembangan :
1.      Masa balita (infancy)(4 sampai 5 tahun pertama). Anak serupa dengan binatang, dengan kebutuhan fisik yang kuat, dan sifat hedonistic (didominasi oleh kesenangan dan rasa sakit).
2.      Masa primitif (savage) (5 sampai 12 tahun). Pada masa ini, perkembangan sensoris sangat penting. Pengalaman sensoris seperti bermain, olahraga, dan permainan lain harus harus menjadi focus pendidikan. Seperti Aristoteles, Rosseau menyatakan bahwa nalar belumlah berkembang pada akhir masa ini.
3.      Tahap tiga (12 sampai 15 tahun). Nalar dan kesadaran diri berkembang pada tahao ini. Bersamaan dengan melimpahnya energi fisik. Rasa ingin tahu harus dikembangkan dalam pendidikan anak umur 12 sampai 15 tahun, dengan menyediakan berbagai kegiatan eksploratif.
4.      Tahap empat (15 sampai 20 tahun). Individu mulai menjadi matang secara emosional selama masa ini; sifat mementingkan diri diganti dengan minat pada orang lain. Nilai dan moral juga tampil pada masa perkembangan ini.
      Rosseau memulihkan keyakinan bahwa perkembangan bersifat bertahap atau melalui fase yang berbeda. Akan tetapi, gagasannya tentang remaja bersifat spekulatif.[3]

4.   Hal-hal Yang Harus Dikembangkan Pada Anak
      Baik dan buruknya sikap atau cara pandang anak untuk menghadapi kehidupan, ada beberapa hal yang dianggap perlu untuk di kembangkan dalam jiwa anak:
1.      Kepedulian dan empati,
2.      Kerjasama,
3.      Berani,
4.      Keteguhan hati dan komitmen,
5.      Adil,
6.      Suka menolong,
7.      Kejujuran dan integritas,
8.      Humor,
9.      Mandiri dan percaya diri,
10.  Loyalitas,
11.  Sabar,
12.  Rasa bangga,
13.  Banyak akal,
14.  Sikap respek,
15.  Tanggung jawab,
16.  Toleransi.,[4]
      Berusaha untuk selalu dekat bersama anak merupakan perbuatan mulia agar anak bisa menjadi manusia yang berguna bagi orang tua, keluarga dan masyarakat pada umumnya.

5.   Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
      Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku anak yang perlu disikapi, antara lain:
1.      Faktor intern (dalam)
Faktor  intern merupakan faktor awal bagaimana seorang karakter anak terbentuk. Seorang ayah yang baik dapat menjadi teladan yang baik bagi anaknya jika orang tua mampu memberikan contoh kejujuran, keadilan, kesabaran dan bijaksana. Maka kepada orang tua diharapkan dapat menjadi teman bicara yang baik bagi anak-anaknya pada saat anak-anak harus melewati masa kanak-kanaknya hingga beranjak dewasa.
   2.   Faktor ekstern (lingkungan)
Faktor ekstern dapat dikatakan juga pengaruh lingkungan. Apabila lingkungannya baik, maka akan memungkinkan apa yang didengar, dilihat, diraba dan dirasakan anak-anak memberikan aura positif untuk perkembangan anak-anak. Kenalilah siapa-siapa yang menjadi teman anak-anak atau dalam kata lain orangtua harus mengawasi pergaulan anak-anaknya. Dampingilah anak-anak ketika menonton televisi, bimbinglah mereka agar mereka diberikan pengarahan, mana tontonan yang layak ditonton atau yang merusak moral.
3.   Faktor gen (keturunan)
Faktor keturunan merupakan suatu peryataan bahwasanya perubahan terjadi karena merupakan warisan genetic dari orang tua mereka, seperti cacat, penyakit, dan temperamental. Hal ini dapat mengubah seorang anak kehilangan percaya diri dalam mengarungi pergaulan di sekolah maupun masyarakat.
           
6.      Bentuk-bentuk Penyimpangan Anak
         Perubahan yang terus berkembang pesat dari berbagai bidang, membuat daya pemikiran anak drastic mengalami perubahan yang signifikan. Maka apabila tidak ditanggapi dengan serius, maka akan mengakibatkan kesalahan fatal dalam cara mendidik mereka. Ada beberapa bentuk penyimpangan yang dilakukan anak-anak yang mesti disikapi orang tua, antara lain:
1.Merokok, narkotika dan obat-obatan terlarang;
2.Pergaulan bebas (free sex);
3.Busana yang tak semestinya dipakai;
4.Pornografi dan pornoaksi;
5.Pembangkangan kepada orang tua atau guru didik;
6.Pembangkangan terhadap nilai moral dan agama.
. 
E.           Tujuan Kegunaan Makalah
         Berikanlah ruang yang lapang agar anak memilih jalan hidup; bebas tanpa beban. Ajarkan kepada mereka kejujuran, keberanian, dan kemandirian dalam menghadapi setiap masalah. Adapun beberapa manfaat yang dapat kita ambil dalam pembahasan makalah ini, antara lain:
1.Menumbuhkan rasa cinta orang tua kepada anak;
2.Menumbuhkan rasa cinta anak kepada orang tuanya;
3.Menumbuhkan kesinergian dalam meniti kehidupan di dalam masyarakat;




BAB II
PENUTUP

            Manusia yang sukses bukanlah manusia yang mampu menaklukan dunia dan mejelajahinya, akan tetapi mereka yang mampu mengendalikan diri sendiri. Karena dengan perubahan dari diri sendiri, akan memberikan cahaya kepada anak-anaknya, kemudian akan memberi ketenangan di dalam keluarganya, menciptakan suasana kondusif dalam masyarakat dan pada akhirnya dunia mampu diubahnya, bahkan digenggapnya dengan erat. Jadilah orang tua yang cinta kepada anak-anaknya, karena dengan cinta semesta menjadi lebih berwarna dan didiklah mereka dengan baik, karena meskipun hidup di dunia ini hanya sementara atau ada perpisahan, namun semoga dengan sifat rahim-Nya, dikumpulkan di Surga-Nya.

  

DAFTAR PUSTAKA

Adham Jaror, Husni, Sang Idola, Mandiri Visi Media. Surakarta: Mandiri Visi Media, 2004, cetakan pertama
Dep. Dik. Bud.,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1984
Santrock, John W, Adolescence: Perkembangan Remaja, Jakarta: Erlangga, 2003, Edisi VI
Schiller, Pam, dan Tamera Bryant, 16 Moral Dasar Bagi Anak, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,1998

   



[1]Husni Adham Jaror, Sang Idola, Mandiri Visi Media, Surakarta,cetakan pertama, 2004
[2] Dep. Dik. Bud.,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1984
[3] John W. Santrock, Adolescence: Perkembangan Remaja, Edisi VI, Erlangga, Jakarta, 2003
[4] Pam Schiller dan Tamera Bryant, 16 Moral Dasar Bagi Anak,PT. Elex Media Komputindo, Jakarta,1998


              
                                   





No comments:

Post a Comment